Kegiatan operasi hulu minyak dan gas bumi (migas) belum mencapai target akibat pandemi Covid 19 yang berkepanjangan. Dilansir dari web resmi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), kegiatan tersebut adalah realisasi seismik 2D yang hanya mencapai 54 persen sepanjang 1.917 km dari 4.569 km. Begitu juga seismik 3D yang pengerjaannya hanya 53 persen dari target, yaitu 815 km2 dari 1.549 km2.
“Dan pengeboran eksplorasi baru 21 sumur atau 41 persen dari target 48 sumur,” ungkap Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, Selasa (19/10).
Selanjutnya, realisasi pengeboran pengembangan baru 318 sumur atau 52 persen dari target 616 sumur, work over 426 sumur atau 70 persen dari target 615 sumur, dan perawatan sumur 16.758 kegiatan atau 63 persen dari target 24.180 kegiatan.
Dwi Soetjipto menambahkan, pihaknya akan mendorong pelaksanaan pengeboran sumur pengembangan yang lebih masif di sisa tahun ini, sehingga bisa berdampak signifikan terhadap lifting migas nasional.
“Tahun ini outlook (pengeboran sumur pengembangan) 538 sumur. Kalau bisa 538 sumur,” paparnya.
Rendahnya kegiatan hingga sembilan bulan tahun ini tentu berdampak pada realisasi lifting migas nasional yang tercatat sebesar 1,64 juta barell setara minyak per hari (barell oil equivalent per day/BOEPD) atau 95,8% dari target 1,68 juta boepd, yakni lifting minyak 661,1 ribu barel per hari (BPH) gas 5.481 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd).
Hingga akhir tahun ini, lifting minyak ditargetkan bisa 665 ribu BPH atau 94 persen dari target 705 ribu bph, dan gas 5.529 MMscfd atau 98 persen dari target 5.638 MMscfd.
Selain pandemi, beberapa faktor lainnya yang menyebabkan lifting belum capai target adalah adanya unplanned shutdown serta pengurusan perizinan proyek yang memakan waktu tidak sebentar sehingga eksekusi proyek menjadi terlambat.(NUB)