Emas Turun Drastis, Kapital Melirik Bitcoin? Analis Mengupas Dampak Potensi Pemangkasan Suku Bunga AS

0
Ilustrasi. /Foto: Freepik/motoviurii

JAKARTA, inventori.co.id — Harga emas dunia mendadak tertekan tajam pada Selasa (21/10), mencatat penurunan harian terbesar dalam lima tahun terakhir. Di sisi lain, Bitcoin justru sempat naik signifikan sebelum kembali terkoreksi. Pergerakan dua aset ini memicu spekulasi baru di kalangan investor mengenai arah pasar menjelang keputusan suku bunga terbaru The Federal Reserve (The Fed) pekan depan.

Emas Tergelincir Tajam Setelah Rekor Tertinggi

Harga emas di pasar spot turun lebih dari 5,3% ke level US$4.125 per troy ounce, sehari setelah menyentuh rekor US$4.260. Penurunan tajam ini disebut menjadi koreksi terbesar sejak 2020, menandai fase ambil untung (profit taking) usai reli panjang selama beberapa pekan terakhir.

Menariknya, pada saat bersamaan, Bitcoin sempat naik dari US$107.000 ke US$113.000 dalam waktu kurang dari 24 jam—kenaikan lebih dari 5,6%. Namun, momentum itu tidak bertahan lama. Kini, Bitcoin kembali bergerak di sekitar US$108.000.

Ekspektasi The Fed Jadi Pemicu Sentimen

Menurut Fahmi Almuttaqin, Analyst di platform investasi kripto Reku, pasar tengah berspekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 29 Oktober mendatang.

“Data dari CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga hampir 99%, menegaskan sikap dovish The Fed terhadap kondisi ekonomi global,” jelas Fahmi.

Ia menambahkan, sinyal pelonggaran moneter tersebut berpotensi melonggarkan likuiditas di pasar, yang bisa menjadi katalis positif bagi aset berisiko seperti kripto. Hal inilah yang sempat mendorong rotasi modal dari emas ke Bitcoin.

Rotasi Modal dan Peluang Bitcoin

Setelah reli panjang emas, banyak investor dinilai mulai melakukan realisasi keuntungan dan mengalihkan dana ke aset berisiko dengan potensi kenaikan lebih besar. Bitcoin pun kembali menarik perhatian sebagai inflation hedge alternatif di tengah ekspektasi pelonggaran suku bunga.

Laporan Bitwise pada awal pekan bahkan memperkirakan bahwa rotasi 2% dari total kapitalisasi pasar emas (sekitar US$17 triliun) bisa mendorong harga Bitcoin menembus US$161.000.

Namun, Fahmi mengingatkan bahwa likuiditas dolar di pasar masih terbatas. “Neraca keuangan The Fed belum menunjukkan ekspansi signifikan. Selain itu, data Treasury General Account (TGA) memperlihatkan pemerintah AS masih menyerap likuiditas dari sistem perbankan,” ujarnya.

Artinya, volatilitas tinggi masih berpotensi terjadi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tensi geopolitik yang meningkat.

Menanti Arah Kebijakan The Fed

Pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) pekan depan menjadi momen yang sangat dinantikan pasar. Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga sambil menaikkan proyeksi inflasi, maka dorongan bullish bagi Bitcoin bisa terbatas.

“Dalam kondisi seperti ini, investor perlu mengelola portofolio secara aktif. Diversifikasi aset menjadi kunci agar performa tetap optimal,” kata Fahmi.

Bagi investor berpengalaman, strategi jangka pendek dan fleksibel bisa lebih efektif. Sementara bagi investor pemula, strategi akumulasi bertahap atau dollar cost averaging (DCA) disebut tetap relevan.

Strategi DCA di Tengah Pasar Fluktuatif

Fahmi menjelaskan, strategi DCA memungkinkan investor membeli aset secara rutin dengan jumlah tetap, tanpa harus menebak waktu terbaik masuk ke pasar. “Strategi ini bisa membantu mendapatkan harga rata-rata ideal di tengah fluktuasi harga,” ujarnya.

Melalui platform Reku, investor dapat memanfaatkan fitur Reku Packs untuk berinvestasi pada Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto unggulan lainnya hanya dalam sekali transaksi.

“Fitur ini dilengkapi sistem Rebalancing otomatis yang menyesuaikan alokasi investasi dengan kondisi pasar. Dengan begitu, strategi DCA bisa dilakukan dengan lebih mudah, praktis, dan optimal,” tambahnya.

Menurutnya, strategi ini masih relevan karena potensi kenaikan jangka panjang pada Bitcoin dan Ethereum tetap terbuka, terutama jika The Fed benar-benar memasuki siklus pelonggaran moneter baru.

Tren Baru di Pasar Aset Digital

Korelasi terbalik antara emas dan Bitcoin yang kembali terlihat pekan ini menunjukkan bagaimana investor mulai mencari keseimbangan baru di tengah perubahan kebijakan global.

Dalam jangka pendek, volatilitas diprediksi tetap tinggi. Namun dalam jangka panjang, tren adopsi kripto dan kebijakan moneter yang lebih longgar bisa menjadi katalis utama bagi pertumbuhan aset digital.

Bagi investor, memahami arah pergerakan pasar dan menyesuaikan strategi menjadi kunci menghadapi era baru investasi global — saat emas kehilangan kilaunya, dan Bitcoin kembali bersinar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here