Jejak Intelektual Agoes S. Alam: Merawat Identitas Melayu di Era Disrupsi

0
Agoes S Alam. /Foto: DKD/DumaiHeadlines

DumaiHeadlines.com – Nama Agoes Budianto, atau yang akrab disapa Agoes S. Alam, kian mencuri perhatian di Riau. Aktivis budaya, seniman, sekaligus intelektual ini dikenal sebagai sosok multidimensi yang konsisten memperjuangkan kesenian, kebudayaan, literasi, hingga hak-hak daerah.

Dengan jejak panjang sejak era 1990-an, kiprahnya tak hanya membekas di Dumai, tetapi juga memberi warna bagi wacana kebudayaan kontemporer Indonesia.

Visi Kebudayaan: Cultural Power sebagai Identitas Lokal

Bagi Agoes, seni bukan sekadar ekspresi estetis, melainkan “cultural power” —sebuah kekuatan untuk menjaga identitas Melayu di tengah arus globalisasi. Menurutnya, tantangan terbesar Kota Dumai sebagai daerah industri multikultural adalah ancaman hilangnya akar budaya.

“Seni harus beradaptasi dengan teknologi, tapi tidak boleh kehilangan ruhnya,” tegas Agoes, mengutip dari laman oiketai.com, Jumat (3/10/2025).

Dia bahkan menilai kehadiran kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi peluang jika diarahkan untuk memperkuat, bukan mengikis nilai kesenian.

Pandangan ini mendapat apresiasi dari Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M.Phil, fenomenolog budaya Riau. Dia menyebut Agoes sebagai sosok pemimpin kesenian yang mampu menjaga “asin” budaya Melayu, layaknya air Selat Malaka yang tetap berkarakter meski menerima aliran sungai-sungai peradaban dari berbagai arah.

Jejak Kepemimpinan: Dari Aktivis hingga Ketua DKD Dumai

Perjalanan organisasi Agoes di bidang seni dimulai sejak 1994. Dia pernah menjadi Sekretaris Umum dan Penasihat Dewan Kesenian Daerah (DKD) Dumai, sebelum akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum DKD Dumai 2025–2030.

Salah satu gagasannya yang visioner adalah peluncuran Festival “Dumai Metaverse”, yang menggabungkan pertunjukan seni tradisional dengan teknologi virtual reality. Inovasi ini diharapkan mampu memperkenalkan Dumai ke panggung digital nasional sekaligus menjaga warisan budaya lokal.

Perjuangan Hak Daerah dan Ekonomi Kerakyatan

Tak hanya di seni, Agoes juga aktif memperjuangkan hak-hak daerah. Sebagai Ketua Tim Perjuangan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas Dumai, dia mendukung penuh usulan skema take on product yang digagas Pemerintah Provinsi Riau.

Menurut Agoes, jika skema itu berhasil, dampaknya akan sangat luas, seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat, akses pendidikan yang lebih besar, layanan kesehatan lebih baik, hingga program pelestarian budaya Melayu.

Di samping itu, pengalamannya sebagai aktivis buruh pelabuhan dan Ketua Koperasi TKBM Dumai membuatnya dekat dengan persoalan masyarakat akar rumput. Dia konsisten membina komunitas marjinal agar tetap memiliki ruang di dunia seni dan sosial.

Karya Sastra dan Pemikiran

Dalam dunia literasi, Agoes S. Alam telah menorehkan banyak karya, antara lain:

  • Buku “Dumai Dapat Apa?: Catatan Historia Perjuangan DBH Migas Kota Dumai” yang menyoroti perjuangan fiskal daerah.

  • Vox Critica: Refleksi Filosofis tentang Banalitas Bernegara“, refleksi tajam tentang negara dan masyarakat.

  • Karya sastra seperti “Catatan Kecil dari Kampong Melayu“, “Renjisan Pemikiran Budak Melayu“, dan kumpulan cerpen “Nyanyian Hitam Putih“.

  • Antologi puisi di berbagai penerbitan, hingga mini album musik melalui ASA Project.

Keragaman karya ini menegaskan perannya sebagai intelektual yang menolak dibatasi satu medium.

Dimensi Akademis dan Jaringan Intelektual

Meski berlatar pendidikan akuntansi yakni D3 Akuntansi AAR dan S2 Manajemen Akuntansi UKM Malaysia (belum selesai), perjalanan intelektual Agoes justru berkembang ke arah budaya. Dia menjalin kolaborasi dengan berbagai akademisi, seperti Prof. Dr. Yusmar Yusuf, Prof. Dr. Eng. Muslim (ahli perminyakan), hingga Dr. Elviriadi (pakar lingkungan).

Selain itu, dia mendirikan media literasi Oiketai.com dan aktif menginisiasi bedah buku serta diskusi kebudayaan. Kesediaannya menerima karya sastra dari masyarakat untuk dipublikasikan memperlihatkan komitmen membangun ekosistem literasi.

Pancaran Kilau Budaya di Bibir Selat Malaka

Prof. Yusmar Yusuf pernah menyebut Dumai sebagai “mutiara budaya di bibir Selat Malaka”. Dalam pandangannya, sosok yang mampu menjaga sekaligus memancarkan kilau budaya itu adalah Agoes S Alam.

Dengan kombinasi visi filosofis, kepemimpinan konkret, dan komitmen di akar rumput, Agoes tak hanya menjadi tokoh penting di Dumai, tetapi juga figur budaya Indonesia yang layak dicatat.

sumber: oiketai.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here