
SOLO, inventori.co.id – Batik, warisan budaya yang telah diakui UNESCO, kembali membuktikan relevansinya di tengah perubahan gaya hidup modern. Di Kota Solo, Jawa Tengah, sekelompok pengrajin batik berhasil menunjukkan bahwa tradisi bisa berjalan seiring dengan inovasi. Salah satunya adalah Batik Solo Sukses, usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang berdiri sejak 2020 dan digagas Andreas Soetanto.
Bagi Andreas, batik bukan hanya komoditas, melainkan simbol identitas yang menyimpan makna di balik setiap motifnya. Dengan berbekal semangat pelestarian budaya, dia menggandeng para pengrajin lokal di sekitar Pasar Kliwon—sentra batik terkenal di Solo—untuk menciptakan produk yang bisa diterima lintas generasi.
Awalnya, Andreas mencoba berbagai produk, mulai dari sarung hingga busana muslim. Namun, pilihannya jatuh pada kemeja batik karena dinilai lebih fleksibel dan dekat dengan keseharian masyarakat. Tantangan pun datang, mulai dari persaingan harga hingga pencurian foto produk oleh kompetitor. Alih-alih menyerah, ia memperbaiki kualitas visual, meningkatkan desain, dan menyesuaikan warna dengan tren pasar.
Inovasi Motif dan Pertumbuhan Usaha
Batik Solo Sukses dikenal dengan motif khas bertema fauna yang dipadukan dengan sentuhan modern. Produk andalannya seperti Kutut Burgundy, Mahkota, dan Raflesia kini menjadi favorit pasar dengan penjualan ribuan unit setiap bulan.
Strategi itu membuahkan hasil. Dalam waktu satu tahun, usahanya berkembang pesat hingga mampu menyerap lebih dari 50 pekerja, termasuk penjahit dari wilayah Sragen.
“Pertumbuhan ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga membuka lapangan kerja dan memberi kontribusi ekonomi di daerah,” kata Andreas seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya, Jumat (26/9/2025).
Menembus Pasar Internasional
Tidak hanya sukses di dalam negeri, Batik Solo Sukses juga berhasil menembus pasar luar negeri sejak 2021. Produk batiknya kini telah dipasarkan ke sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Filipina, Thailand, dan Singapura. Pencapaian ini menjadikan batik Solo sebagai wajah budaya Indonesia di kancah global.
Konsistensi Jadi Kunci Keberlanjutan
Andreas menilai bahwa konsistensi merupakan faktor penting dalam mempertahankan usaha. Menurutnya, pelaku UMKM harus berani beradaptasi dengan perkembangan digital tanpa melupakan visi awal.
“Jangan berhenti mencoba. Keuntungan kecil pun tidak masalah, asalkan usaha terus berjalan dan tetap berpegang pada tujuan yang jelas,” pesannya.
Batik dan Generasi Masa Depan
Kehadiran Batik Solo Sukses menjadi bukti bahwa batik bisa terus relevan, bahkan di era digital. Lebih dari sekadar pakaian, batik adalah identitas bangsa yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Upaya UMKM seperti yang dilakukan Andreas dan timnya memperlihatkan bagaimana warisan budaya bisa bertahan sekaligus berkembang menjadi kekuatan ekonomi.