INVENTORI.CO.ID – Proyek pengembangan properti yang melibatkan MNC Group dan Trump Organization di kawasan Lido, Bogor, menarik perhatian media Amerika Serikat, The Washington Post, beberapa tahun lalu. Media tersebut mengulas cukup dalam perihal isu tersebut.
Yang menjadi sorotan di awal pemberitaan The Washington Post adalah relokasi pemakanan di daerah itu. Sementara, disebutkan, jika tahap pertama proyek tersebut seluas 1.700 hektare, yang menyelimuti sekitar 200 keluarga di Ciletuh Hilir, Desa Watesjaya, Kecamatan Gombong, Kabupaten Bogor.
Di dalamnya, seperti dilaporkan media tersebut, bagian dari properti Trump Organization seluas 600 hektar – yang mencakup lokasi lapangan golf 18 lubang, hotel dengan 120 kamar, dan 461 vila mewah – dimulai kurang dari setengah mil dari pemakaman, menurut koordinat GPS dan overlay peta proyek MNC dan Trump Organization.
Seperti sempat disinggung di atas, kontroversi timbul ketika kuburan di wilayah tersebut akan direlokasi. Penduduk setempat mengklaim jika terdapat sekitar 2.000 orang dimakamkan di pemakaman tersebut. Banyak juga dari kuburan tersebut tidak memiliki tanda, kecuali tanaman dan anak pohon yang muncul dari gundukan tanah.
Relokasi kuburan itu pun memicu kemarahan dan keprihatinan yang mendalam di masyarakat. Apalagi situs pemakaman itu dinilai bersejarah dan memiliki nilai kebudayaan yang tinggi.
Menukil media yang sama, Kepala desa Djaja Mulyana telah mendata banyak keluhan tentang lokasi pembangunan yang mengepung wilayahnya. Dia telah membuat katalog yang mendokumentasikan apa yang diduga sebagai penipuan, ingkar janji, dan hilangnya mata pencaharian lantaran warga terancam digusur.
Disebutkannya juga bahwa pada Januari 2019 terdapat para penggali kubur yang datang untuk menggali kuburan di mana pemakaman tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhir sejak abad ke-19. Menurut Mulyana, makam-makam tersebut dipindahkan untuk memberi ruang bagi sebuah resor besar yang akan mencakup hotel dan lapangan golf bermerek Trump.
Mereka pun telah melakukan protesdidukung oleh individu dan organisasi yang secara tegas menentang pemindahan pemakaman dan menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak manusia dan keberlanjutan lingkungan.
“Saya adalah bagian dari tradisi, bagian dari budaya yang tidak bisa saya tinggalkan begitu saja,” ungkap seorang warga setempat, Firmansyah kepada The Washington Post.
“Kami percaya bahwa tanah ini adalah milik nenek moyang kami sebagai sebuah komunitas. Saya mungkin generasi ketujuh… dan pemakaman ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Itulah yang ingin saya lindungi, alasan saya menolak. Itu adalah nilai historisnya,” jelas dia.
Sudah sekitar lebih dari 3 tahun yang lalu hal itu terjadi. Namun, masyarakat Ciletuh masih diselimuti ketidakpastian hukum. Mereka menantikan ganti kerugian dari pihak terkait, terutama PT MNC Land.
Dengan kondisi masyarakat setempat yang mayoritas berprofesi sebagai petani penggarap, kini berubah menjadi kumpulan pengangguran yang secara hidup entah mau ke mana perjalanan selanjutnya dalam mencari nafkah dan mempertahankan kehidupannya sehari-hari. Pasalnya, tidak ada lagi tanah pertanian yang dapat mereka garap.
Sementara, menukil dari laporan The Washington Post, MNC Land -yang membangun proyek ini, termasuk resor Trump – menyebutkan jika beberapa penduduk Ciletuh Hilir telah menerima proposal perusahaan untuk merelokasi jenazah kerabat mereka ke lokasi pemakaman baru yang disediakan, yang lebih layak.
MNC Land juga menuding mereka yang menolak telah membesar-besarkan kekhawatiran mereka sebagai taktik negosiasi untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi untuk menjual rumah mereka dan menggali makam leluhur mereka. “MNC bahkan bersedia menanggung seluruh biaya pemindahan makam,” sebut perusahaan tersebut, dikutip The Washington Post.
Mereka juga menegaskan bahwa pemeriksaan dan persetujuan dari berbagai otoritas terkait telah diperoleh untuk melaksanakan pemindahan tersebut.
Selain itu, disebutkannya juga bahwa pemindahan kuburan adalah bagian dari proses perencanaan yang teliti dan dilakukan dengan rasa hormat terhadap budaya dan tradisi setempat.
Akan tetapi, sejumlah pihak tetap meragukan keabsahan proses perizinan serta dampak jangka panjang dari pemindahan kuburan ini. Perdebatan seputar etika, pelestarian warisan budaya, dan perlindungan hak-hak masyarakat lokal terus berlanjut.
Di sisi lain, pihak Trump sendiri yang dalam proyek ini sebagai pengelola hotel menegaskan tidak memiliki kaitan dengan permasalahan pemakaman tersebut. Organisasi Trump juga tidak menanggapi pertanyaan tentang apakah mereka mengetahui penggalian pada saat itu atau apakah mereka telah memeriksa praktik MNC.
“Kami telah diberitahu bahwa ini bukan bagian dari bagian Trump. Hubungan kami dengan MNC murni terdiri dari perjanjian lisensi dan manajemen saja, kami bukan pengembangnya,” jelas seorang pejabat Trump Organization dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Washington Post.
Namun, seorang mantan pejabat MNC mengatakan bahwa perusahaan Trump menerima informasi terbaru secara berkala.
“Mereka ingin tahu apa yang terjadi setiap bulan. Mereka ingin tahu standarnya. Mereka ingin tahu siapa yang akan menjadi konstruktor, siapa yang akan menjadi bankir, tidak ada bedanya dengan Hyatt atau Marriott,” terang mantan pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama untuk menjaga hubungan dalam industri ini.
Sementara itu, Mulyana dan tetangganya dengan jelas mengenali nama tersebut di papan iklan yang mereka lewati dengan sepeda motor setiap hari. “Anda melihatnya di mana-mana. Tertulis di mana-mana di lokasi proyek. Ada proyek Trump, ada hotel-hotel Trump. Itu bukan proyek Hary (Tanoesoedibjo),” ujarnya.