INVENTORI.CO.ID – Setiap 3 Mei, dunia berhenti sejenak untuk mengapresiasi karya penting jurnalis dan profesional media di berbagai belahan dunia pada Hari Kebebasan Pers Sedunia.
“Hari ini menyoroti kebenaran mendasar: semua kebebasan kita bergantung pada kebebasan pers,” tegas Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres dalam sambutannya pekan ini.
Dalam memeringati Hari Kebebasan Pers Sedunia 2023, sejumlah jurnalis Asia Tenggara, khususnya Indonesia memberikan pandangan mereka terkait bagaimana kebebasan pers telah berkembang dalam 12 bulan terakhir, serta perubahan yang ingin dilihat di tahun mendatang.
“Selamat Hari Kebebasan Pers Sedunia untuk para jurnalis dan pekerja media! Banyak tantangan yang dihadapi jurnalis, mulai dari regulasi yang mengancam kebebasan pers hingga meningkatnya kekerasan terhadap jurnalis. Serangan terhadap jurnalis dan organisasi media independen tidak pernah berhenti,” ungkap Ketua Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI), Sasmito Madrim, seperti dikutip dari keterangan pers Telum, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pada 2022, AJI mencatat setidaknya 61 kasus kekerasan terhadap pers terpisah, dengan 97 jurnalis dan 14 organisasi media menjadi sasaran serangan.
Antara Januari dan 30 April 2023 tercatat 33 kasus kekerasan terhadap pers; meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2022 –hanya 15 kasus-.
Dia juga menambahkan bahwa kekerasan, serangan digital, dan kampanye disinformasi juga dilakukan terhadap pembela hak asasi manusia dan kelompok kritis lainnya dalam upaya mendelegitimasi mereka untuk mengungkapkan pendapat dan menginformasikan publik baik online maupun offline.
“Namun, seperti biasa, jurnalisme akan menemukan cara untuk terus melayani publik dan kebenaran,” sambungnya.