Jakarta – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat di tengah meningkatnya ekspektasi bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), akan bersikap hawkish dalam kebijakan moneternya.
Rupiah pagi ini menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.828 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.848 per dolar AS.
“Dengan meningkatnya ekspektasi hawkish di AS, kami menilai rupiah tetap berada di bawah tekanan,” kata Analis Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam kajiannya di Jakarta, Kamis seperti dikutip dari Antara.
Menurut Lionel, investor tampaknya semakin yakin bahwa The Fed akan menyampaikan pesan yang cenderung hawkish pada simposium Jackson Hole pada Jumat (26/8).
Berdasarkan Fedwatch CME Group, kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September telah meningkat menjadi 60 persen, dari sebelumnya 50 persen.
Selanjutnya pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan mencapai puncaknya lebih awal pada Februari 2023, bukan Maret 2023.
Hal itu menunjukkan bahwa pasar benar-benar berubah haluan dari posisi dovish pivot yang diambil setelah pengumuman kenaikan suku bunga pada akhir Juli.
“Kami melihat The Fed akan mencoba mempertahankan momentum ini dengan memberikan nada hawkish yang terukur dalam pidato Powell sambil menghindari memberikan proyeksi ke depan,” ujar Lionel.
Lionel juga memperkirakan Bank Indonesia akan cenderung dovish dengan kenaikan suku bunga minimal 50 bps menjadi 4,25 persen dan maksimum 75 bps menjadi 4,5 persen hingga akhir tahun ini.
“Oleh karena itu, kami mempertahankan pandangan kami untuk mengambil posisi long di USD/IDR dengan target harga pertama di Rp15.000 per dolar AS dan target harga kedua di Rp15.200 per dolar AS,” ujar Lionel.
Pada Rabu (24/8) rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.848 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.838 per dolar AS..