Jakarta – Turunnya harga minyak akibat Covid-19 berdampak buruk bagi sektor hulu migas, karena semakin tidak ekonomis. Terlebih, kebijakan pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah untuk menekan penyebara virus, membuat kinerja hulu migas kian tidak maksimal.
Sebanyak 14 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bakal merevisi program kerjanya tahun ini, bahkan ada yang sampai ajukan ‘force majeure’ untuk hentikan operasional. Lalu bagaimana nasib pekerja di hulu? Berikut penjabaran yang dikutip dari cnbcindonesia.com.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengatakan, pihaknya tidak ada pengurangan karyawan sama sekali, karyawan tetap bekerja dengan skema work from home. Pihaknya akan terus berupaya agar tidak ada penguranagan pegawai.
“Kalau di KKKS mungkin karena imbas pembatasan jumlah mobilisasi personil dan juga pengurangan program kerja, mungkin sebagian kecil kontraktor service yang terimbas tidak jadi berangkat ke lapangan,” ungkapnl dia seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat, (17/04/2020).
Julius menambahkan, pihaknya akan terus mendorong agar KKKS tidak sampai melakukan pengurangan pekerja. “Tetapi dari SKK Migas sangat mendorong KKKS untuk tidak melakukan pengurangan pekerja,” paparnya.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menyebut sampai saat ini belum ada rencana untuk mengurangi karyawan. Hal ini dikarenakan sampai dengan Kuartal I Pertamina EP masih profit pencapaian 25% dari target 1 tahun.
Dampak dari anjloknya harga minyak dirinya sebut baru akan terasa pada Kuartal II nanti. Sehingga sampai akhir Kuartal II pihaknya bakal melakukan wait and see. Meski demikian, pihaknya akan terus berupaya agar tidak sampai terjadi pengurangan karyawan.
“Kita sebisa mungkin tidak sampai melakukan lay off,” tegasnya.
Vice President Commercial and Business Development ConocoPhillips Taufik Ahmad menyampaikan jika di ConocoPhillips tidak ada pengurangan karyawan dampak dari Covid-19. Pekerjaan di kantor dirubah dengan work from home (WFH) seperti anjuran pemerintah.
Sementara pekerja di lapangan operasi masih berjalan biasa dengan protokol pencegahan. “Pekerjaan di lapangan operasi juga masih berjalan biasa dengan penyesuaian sedikit sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dan dengan menerapkan protokol pencegahan,” tuturnya.
Pihaknya mengaku akan terus berupaya agar jangan sampai terjadi pengurangan karyawan meski dampak anjloknya harga minyak baru akan terasa pada Kuartal II. “Kami melakukan upaya-upaya efisiensi biaya seperti yang selama ini telah dilakukan dan dengan kondisi seperti sekarang, upaya-upaya tersebut makin ditingkatkan lagi,” kata Taufik.
Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan menuturkan pihaknya belum berniat mengurangi karyawan, karena pekerjaan masih berjalan normal. Kendala saat ini hanya atura isolasi bagi pekerja luar Bojonegoro. “Berjalan normal aja walaupun kita ada kendala di aturan Pemda bojonegoro yang melakukan isolasi 14 hari untuk setiap pekerja dari luar Bojonegoro,” katanya.