Jakarta – Wakil Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Rolas Sitinjak menyatakan apresiasi langkah sejumlah pengusaha ritel yang tetap memperhatikan kalangan konsumen meski harus rugi akibat listrik (black out) yang terjadi Minggu (4/8/2019).
meminta PT PLN (Persero) memperhatikan kerugian masyarakat akibat pemadaman h. Dia pun memberi apresiasi pengusaha ritel yang tergabung dalam Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) yang terus meningkatkan kualitas layanan kepada konsumen meski harus rugi.
“Saya apreasisi pengusaha yang tetap maksimal memberikan layanan kepada konsumen seperti pengusaha ritel di Aprindo. Mereka rugi, tapi tetap memperhatikan kepentingan para konsumennya. Hal ini seharusnya diikuti oleh PT PLN,” ujar Rolas di Jakarta, Selasa (6/6/2019).
Dia menambahkan, menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka Negara hadir memastikan adanya keadilan bagi konsumen. Karenanya, dia meminta pemerintah bisa bertindak tegas dan PLN bisa memberikan kompensasi ganti rugi kepada konsumen.
Tokoh perlindungan konsumen ini menegaskan, kalangan kalangan konsumen pengguna listrik harus mendapatkan hak dan kompensasi ganti rugi. Dia bilang, kompensasi ganti rugi akibat gangguan listrik diatur Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2017 tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya Yang Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PT PLN (Persero).
“Konsumen paling dirugikan. Mereka bisa menggunakan hak hukumnya melakukan berbagai gugatan. Termasuk pelaku usaha yang tergabung dalam Aprindo yang mengaku rugi Rp20 miliar,” akunya.
Sebelumnya, Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey menyatakan potensi kerugian material anggotanya ditaksir total lebih dari Rp200 miliar rupiah pada 82 pusat perbelanjaan dan 2500 lebih toko ritel modern swa kelola untuk wilayah di Jakarta saja.
Dia mengungkapkan, PLN seyogyanya memberi pengumuman terlebih dahulu kepada pelaku usaha agar bisa mempersiapkan cara tetap memberi pelayanan maksimal kepada konsumen dan masyarakat pun tetap bisa mendapat haknya sebagai konsumen. “Kenyamanan masyarakat terganggu, terutama di hari Minggu, sehingga potensi kehilangan penjualan terlihat betul,” serunya.
Selain itu, menurutnya kondisi diperparah akibat membengkaknya biaya operasional lantaran beberapa gerai menggunakan genset diesel agar bisa tetap buka. “Demi kenyamanan konsumen, kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional, dan itu seharusnya tidak perlu kami keluarkan,” imbuhnya.
PLN sebagai satu-satunya perusahaan nusantaran, lanjutnya, seharusnya bisa bertindak lebih cepat dan tanggap apabila ada gangguan gardu listrik seperti yang diberitakan. “Kami setuju bahwa seharusnya PLN mempunyai sistem mumpuni untuk mengantisipasi masalah semacam ini, back up plan yang reaktif terhadap gangguan dan contigency plan yang terencana,” terangnya.