Jakarta, inventori –Â Kejadian kasus pengrusakan yang diduga dilakukan oknum TNI di toko “Tom Rider” milik Jhoni di Jl Brigjen Hamid Medan, oleh sejumlah oknum anggota TNI Angkatan Udara (AU), sesuai rekaman video yang beredar masih viral di media sosial. Banyak pihak yang mengharapkan kekerasan oleh para oknum TNI itu tidak dibiarkan, meski antara Jhoni sebagai pelaku penganiayan terhadap Pelda Muhammad Chalid, sudah melakukan perdamaian. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto diminta mengambil tindakan tegas.
“Upaya perdamaian antara Jhoni dengan Pelda Muhammad Chalid dan TNI AU itu, tidak serta merta harus membuat pimpinan tertinggi TNI untuk membiarkan dugaan kekerasan ala premanisme itu. Tindakan tegas dan evaluasi perlu dilakukan, apalagi sejumlah oknum itu mengenakan seragam dinas, saat diduga melakukan pengrusakan tersebut. Rekaman kerusakan di toko ini terlihat parah. Ini kelemahan pimpinan mengawasi anak buah. Masyarakat bisa resah,” ujar aktivis anti kekerasan, Agus Yohanes kepada wartawan, Rabu (26/9).
Menurut Agus, dalam rekaman itu terlihat kaca spion mobil dalam keadaan patah, beberapa sepedamotor berada dalam posisi di lantai, pecahan kaca berserakan dan pintu di dalam toko juga jebol. Tindakan main hakim sendiri itu tidak pantas dilakukan oknum militer, meski itu berada di luar kendali. Sebab, jika benar melakukan penganiayaan dan penyanderaan terhadap Pelda Muhammad Chalik, Jhoni diamankan dan diserahkan ke aparat kepolisian untuk proses hukum.
“Kasus penganiayaan dan penyekapan yang dilakukan Jhoni dan Jaya terhadap Pelda Muhammad Chalik, jika memang benar merupakan pidana murni. Seharusnya, kasus seperti itu diserahkan ke polisi. Sebab, hanya polisi yang memiliki kewenangan menangani kasus itu. Persoalan yang terjadi, ada kesan bahwa oknum – oknum itu memiliki hukum tersendiri. Saya mengkhawatirkan, kasus ini merusak citra TNI. Apalagi, dikenal sebagai sahabat rakyat,” Tambah Agus.
Sementara itu, pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Munir mengatakan, rekaman permintaan maaf Jhoni kepada Pelda Muhammad Chalik dan TNI AU, sesuai dengan video yang beredar di media sosial, terkesan janggal. Sebab, saat menyampaikan permintaan maaf, Jhoni diapit oleh anggota TNI AU. Selain itu, Jhoni terlihat membaca untuk menyampaikan permintaan maafnya. Ada tangan yang terlihat memampangkan kertas untuk dibaca Jhoni saat minta maaf.
“Masyarakat bisa memberikan penilaian tersendiri meski Jhoni dalam video rekaman itu mengaku minta maaf, menempuh perdamaian tanpa adanya tekanan. Kita merasa heran saja, kenapa TNI AU ini terus menjadi sorotan. Apalagi, beberapa waktu lalu sempat disorot media massa karena pengguna kendaraan yang melintas di sekitar jalan yang melalui Pangkalan AU, diwajibkan menggunakan kartu khusus dari institusi militer di sana. Rencana pungutan biaya untuk kartu ini pun akhirnya dihapus,” Pungkas Munir memberikan penjelasannya.
(Sumber Foto : Kompasiana.com)
(Anggry Pahala)