Medan, inventori – Kalau dilihat dari jarak dekat, gubuk berukuran 2 x 2 meter di Gang Melati, Jalan Young Panah Hijau, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan ini, kondisinya begitu sangat memperihatinkan.
Bukan hanya itu, kondisi dindingnya hanya berupa papan bekas yang terlihat lapuk karena dimakan usia. Begitu juga atap seng bekas yang menempel di bagian atas, terlihat bocor dibagian sana-sini.
“Kondisi gubuk yang berdiri dengan disangga tonggak-tonggak kayu ringkih, semakin diperparah dengan tidak adanya satu jendela pun untuk sekadar mendapatkan udara segar, menurut saya tidak sehat dan sangat tidak layak” tutur Dandim 0201/BS, Medan (Jumat, 14/9).
Dengan keadaan gubuk itu, Yuda dapat membayangkan kesulitan dan kepahitan yang dialami Ichal dan saudaranya setelah orang tuanya dan kakaknya meninggal.
Menurut Yuda, dia juga tidak dapat membayangkan bagaimana Ichal dan dua orang kakaknya memenuhi kebutuhan kesehariannya.
“Sebelumnya mereka empat bersaudara. Setelah kedua orang tuanya meninggal, kakaknya yang paling sehat dan pernah mengenyam pendidikan membuat kakaknya yang menjadi tulang punggung bagi ketiga adiknya yang mengalami keterbelakangan mental” terang Dandim.
” Mereka hanya bersandar dari hasil kerja serabutan kakaknya dan belas kasihan tetangga sekitar”, sambung Yuda.
Kegetiran yang dirasakan Ichal dan saudaranya adalah ketika sang Kakak yang menjadi penopang hidup mereka meninggal dunia .
” Saya tidak dapat membayangkan ketika mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang selama ini dilakukan almarhum kakaknya. Selain itu rumah mereka yang sangat tidak layak huni semakin membuat mereka menderita. Jujur , ini sangat tidak manusiawi” ujar Yuda.
Ketika musim hujan, karena rumahnya yang bocor dimana-mana, Ichal dan saudaranya harus bergadang dan tidak bisa tidur karena menahan rasa dingin yang menusuk tulang.
“Dapat kita bayangkan, udara malam saja sudah demikian dingin apalagi badan mereka yang basah kuyup karena hujan yang mengguyur sepanjang malam” terang pria yang sebelumnya berdinas di Mabesad ini.
“Situasi itu, tidak jarang namun sering kali mereka alami.
Dandim 0201/BS yang baru menduduki jabatan beberapa bulan ini juga mengatakan bahwa kondisi mereka sangat memperihatinkan, sehingga selaku Komandan kewilayahan, hatinya langsung terketuk dan menguatkan tekad untuk membantu kesulitan yang dialami Ichal bersaudara.
Abituren Akademi Militer (Akmil) 1997 ini langsung segera berinisiatif dan bersama-sama dengan stafnya, segera memperkirakan dan merencanakan upaya prioritas untuk mengentaskan derita hidup Ichal dan saudaranya, yaitu melakukan rehab rumah mereka yang tidak layak huni.
“Mereka bertiga jelas tidak bisa apa-apa. Jangankan untuk mencari sesuap nasi, berpikir saja pun mereka sangat susah, bagaimana bisa memiliki ruang untuk hidup yang layak” ujar Letkol Rismansyah.
Bekerjasama dengan Pemkot Medan dan campur tangan dari pihak lain, Dandim pun segera mengerahkan sumberdaya yang ada untuk merehab rumah Ichal.
“Secara pribadi, saya bangga dan terimakasih kepada Pemkot dan berbagai pihak yang turut mewujudkan rumah layak hidup bagi mereka, semoga apa yang kita lakukan bersama ini menjadi langkah awal untuk menata hidup mereka’ tandas Yuda.
(Minggus)