INVENTORI.CO.ID -Rencana pembelian 11 pesawat Sukhoi SU-35. K dengan transaksi iimbal dagang menggunakan komoditas dari Indonesia atau biasa disebut barter makin mengemuka. Kali ini Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia (Menko Polhukam) bilang Rusia tak sabar merealisasikannya alias kebelet.
Wiranto mengatakan Rusia “ngebet” Indonesia segera merealisasikan keiinginan itu disampaikan Utusan Khusus Presiden Rusia Vladimir Putin, beberapa waktu lalu. “Rusia sangat ingin agar pembelian itu terlaksana,” ujar Wiranto di kantornya.
Utusan Khusus Presiden Putin itu bahkan memberi janji manis kalau Indonesia tak perlu khawatir bila ada ancaman dari negara lain. Wiranto bercerita, pihak Rusia meyakinkan agar Indonesia tidak terpengaruh ancaman sanksi dari negara lain karena membeli pesawat tempur buatan negara yang dulunya disebut Soviet itu.
Di sisi lain, memang secara kebutuhan wilayah udara yang luas, lanjut Wiranto, pemerintah memang menginginkan pesawat tempur generasi ke 4.5 tersebut dengan transaksi barter dengan komoditas dari Indonesia. “Jadi tidak dibayar tunai, artinya sebagian dibayar dengan komoditas dari Indonesia,” sambungnya.
Hanya saja menurutnya, saat ini pembelian dan transaksi imbal dagang itu masih mengalami kendala teknis. Karena itu, Wiranto pun berencana menggelar rapat koordinasi dengan Menteri Perdagangan, Menteri Pertahanan, dan Menteri Perindustrian untuk menindaklanjuti pembelian ini. “Meskipun imbal dagang, ini kan masih ada uang muka, uang jaminan. Bank mana yang menjamin, uang muka nanti bagaimana,” jelas Wiranto.
Memang sebelumnya, Indonesia akan membeli 11 unit Sukhoi SU-35 milik Rusia. Pembelian pesawat Rusia ini akan ditukar dengan sejumlah produk ekspor Indonesia seperti kopi, teh, dan kelapa sawit.
BUMN Rusia, Rostec, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama tersebut saat Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita ke Moskow, 3-5 Agustus 2017 lalu.
Sukhoi SU-35 tersebut akan menggantikan armada F-5 milik Indonesia yang sudah usang.
Permasalahan lainnya, ketersediaan pilot pesawat tempur di Indonesia masih minim. Dari perbandingan ideal jumlah pesawat dengan pilot pesawat tempur yang seharusnya 1 banding 5, kondisi riil yang ada hanyalah tak sampai 1 banding 2. Apakah pemerintah mau cari solusi tercepat dengan menyekolahkan ke luar neger secara rombongan? (Nap)